I love him but I can't show it,
want him but he can't know it,
need him but I know it’ll never be,
if only he needed me.
Malam itu Kota Jogja begitu dingin. Angin berhembus menerpa pelan tubuh kurus itu. Dirapatkannya jaket cokelat yang ia kenakan. Lampu hijau menyala, motor matic cokelat itu pun segera melaju ke Lapangan Gor Universitas Negeri Yogyakarta.
“Akhirnya lo datang juga. Lama banget?” ucap seorang gadis bernama Wina.
“Sori. Tadi mesti nunggu adek gue tidur dulu. Biasalah,” sahut gadis kurus itu dengan cengiran.
“Hai, Myr.”
“Hai, Ar.”
“Nunggu adek lo tidur lagi?” tanya seorang anak laki-laki dengan kaus buntung hitamnya.
“Absolutely.”
“Oke temen-temen semua kita pemanasan dulu yuk!”
Seorang anak laki-laki bernama Doni memimpin latihan malam itu. Sementara teman-temannya mengikuti aba-aba. Rasa dingin yang ada tak lagi dirasa mereka yang bermandikan keringat. Bola orange itu dipantulkan, di-drible, dioper, hingga dimasukkan ke dalam ring dengan cara yang tak biasa.