Cast :
~ Shim Chang Min (TVXQ)
~ Lee Jeong-eun (imagination)
~ Yoo Seong-ho
author between cast on the FanFic |
#Koper
Incheon International Airport.Seorang gadis dengan koper di tangan kanannya berjalan membelah lautan manusia dari arah kedatangan. Ia menyapu sekeliling, seolah mencari seseorang. Pandangannya terpaut pada satu sisi. Tanpa berpikir panjang, ia melangkah ke arah suatu mobil sedan putih dengan pintu terbuka. Setelah memasukkan koper putih dengan ukuran yang tidak terlalu besarnya ke dalam mobil, ia pun ikut masuk dan duduk dengan anggun. Atau angkuh? Bisa saja.
Seseorang masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi. Setelah menutup pintu dan menstater mesin, mobil pun melesat meninggalkan bandara.
Si pengemudi itu menyalakan music player di mobil, mengalunlah musik RnB berbahasa Korea, entah berapa jumlah penyanyi tersebut. Tampaknya seperti suatu paduan suara.
“Matikan itu,” ucap gadis itu dengan nada perintah.
Si pengemudi menoleh dengan cepat. Matanya terbelalak dan secara spontan, kakinya menginjak pedal rem. Mobil berhenti tiba-tiba. Beruntung, keadaan di sana sedang sepi.
“Yaaa! Apa yang kau lakukan, hah?” hardik gadis itu dengan tatapan tajamnya.
“Ya! Siapa kau? Mengapa berada di mobilku, hah?”
“Mwoo? Mobilmu? Aigoo. Sombong sekali kau. Kau tidak tau siapa aku?”
“Untuk apa tahu siapa kau?”
“Apa kau tidak pernah diajarkan sopan santun terhadap pimpinan, ha?”
“Nongdamhajima! (jangan bercanda!) . Pimpinan apa?”
“Yaaa! Aku ini pimipinanmu! Aku Lee Jeong-eun.”
Tak ada perubahan dari raut wajah lelaki itu. Bahkan sekarang dia tertawa merendahkan.
“Lalu kenapa Lee Jeong-eun???”
“Yaaaa! Siapa kau?”
“Mwo? Apa kau tidak tau siapa aku ? Ya, kau dari belahan bumi mana? Sampai-sampai tidak tahu siapa aku?!”
Tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu, Jeong-eun mengambil ponsel dari saku mantelnya. Setelah menekan-nekan layar ponsel, diletakkannya di telinga. Keduanya saling bertatapan. Namun tak seberapa lama Jeong-eun melengos.
Tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu, Jeong-eun mengambil ponsel dari saku mantelnya. Setelah menekan-nekan layar ponsel, diletakkannya di telinga. Keduanya saling bertatapan. Namun tak seberapa lama Jeong-eun melengos.
“Appa, aku meminta orang yang menjemputku adalah orang yang sopan dan tidak banyak bicara. Tapi kenapa Appa mengirim orang lancang seperti dia untuk menjemputku?”
“Jeong-eun? Ayah sudah mengirim orang yang kau inginkan. Memangnya ada apa dengan Yoo Seong-ho?”
“Dia tidak sopan dan berkata kasar terhadapku. Bahkan dia meremehkan aku.”
“Ah tidak mungkin Seong-ho berkata kasar. Dia anak yang sopan dan menyenangkan.”
“Apanya yang menyenangkan …?”
“Yaa!! Matikan ponsel itu!” ucap lelaki itu.
Jeong-eun menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya. Berani-beraninya dia menyuruh seorang Lee Jeong-eun seperti itu.
“Kau sepertinya salah orang dan salah masuk mobil. Namaku Shim Chang Min. Mengerti?” ucap lelaki itu lagi.
“Mwoo ?? Jadi kau bukan Yoo Seong-ho seperti ayahku bilang?”
“Ne!”
Jeong-eun langsung membuka pintu dan keluar dari mobil, membuat Chang Min menaikkan alis kanannya.
“Aigoo! Kenapa bisa salah!!!” dumel Jeong-eun pada diri sendiri.
Tiba-tiba Ia bingung ada suara orang seperti berteriak dari kejauhan. Saat ia tersadar, ia kembali meletakkan ponsel di telinganya. Ia lupa kalau belum menutup telepon ayahnya.
Tiba-tiba Ia bingung ada suara orang seperti berteriak dari kejauhan. Saat ia tersadar, ia kembali meletakkan ponsel di telinganya. Ia lupa kalau belum menutup telepon ayahnya.
“Appa, tolong suruh Yoo Seong-ho untuk menjemputku sekarang. Aku berada 15 menit dari Incheon menuju Seoul. Mobil yang aku tumpangi berwarna putih.”
“Arasseo (aku tahu), Jeong-euna,” ucap ayah Lee Jeong-eun, Lee Kun-Hee dengan suara yang lembut diseberang sana.
“Kamsa.. Appa.(terimakasih... Ayah)”
Jeong-eun memasukkan ponsel ke dalam mantel dan menyapu pandangan. Mobil sedan itu masih berada di sampingnya. Tapi Jeong-eun pura-pura tidak melihat. Dia tetap berdiri dengan menjaga wibawa seorang anak pimpinan sebuah perusahaan besar a.k.a orang kaya.
Jeong-eun memasukkan ponsel ke dalam mantel dan menyapu pandangan. Mobil sedan itu masih berada di sampingnya. Tapi Jeong-eun pura-pura tidak melihat. Dia tetap berdiri dengan menjaga wibawa seorang anak pimpinan sebuah perusahaan besar a.k.a orang kaya.
“Yaa, apa kau tidak lelah seperti itu?” tanya Chang Min setelah menurunkan kaca mobilnya.
“Untuk apa kau peduli?”
“Untuk apa kau peduli?”
“Dasar gadis sombong!” ucap Chang Min sambil geleng-geleng.
“Untuk apa kau masih di sini?”
“Yaaa, sebagai lelaki yang gentle, aku harus menemanimu sampai kau dijemput orang yang benar. Jangan salah lagi seperti tadi. Untuk aku baik, kalau tidak…”
“Yaaa, sebagai lelaki yang gentle, aku harus menemanimu sampai kau dijemput orang yang benar. Jangan salah lagi seperti tadi. Untuk aku baik, kalau tidak…”
“Kalau tidak apa?”
“Habis kau!”
“Habis kau!”
“Cih! Itu hanya dalam khayalanmu saja!”
“Keurae (benar). Ya, kau berasal dari mana ? Wajahmu tidak terlalu tampak seperti gadis korea biasa.”
“Keurae (benar). Ya, kau berasal dari mana ? Wajahmu tidak terlalu tampak seperti gadis korea biasa.”
“Bukan urusan kau!”
“Ya, kenapa bisa salah masuk mobilku tadi?”
Jeong-eun menatapnya tajam.
“Mwo? Kenapa melihatku seperti itu?” tanya Chang Min.
“Mwo? Kenapa melihatku seperti itu?” tanya Chang Min.
“Kau seperti anak gadis, cerewet sekali!”
“Heee ? Tampan seperti ini kau bilang seperti anak gadis ? Mata kau sudah rabun.”
“Keurae.”
Mobil KIA Forte, menghampiri mereka. Keluar seorang laki-laki berpakaian jas hitam lengkap dengan dasinya dan melangkah menghampiri Jeong-eun. Ia menundukkan kepala.
“Mianhamnida (mohon maaf), saya tadi agak terlambat tiba di Bandara Incheon sehingga menyebabkan kejadian seperti ini.”
“Jangan diulangi,” ucap Jeong-eun singkat kemudian melangkah mendekati mobil. Dengan siaga, Seong-ho membukakan pintu untuknya. Setelah Jeong-eun duduk, pintu ditutup. Seong-ho tidak langsung masuk ke dalam mobil itu, dia berjalan menghampiri mobil Chang Min.
Jeong-eun memandangi mereka. Seong-ho menundukkan kepala dan mengucapkan semacam terimakasih. Baru setelah itu, dia masuk dan duduk kursi kemudi. Tanpa berlama-lama, mobil pun melesat menuju Seoul.
Jeong-eun memandangi mereka. Seong-ho menundukkan kepala dan mengucapkan semacam terimakasih. Baru setelah itu, dia masuk dan duduk kursi kemudi. Tanpa berlama-lama, mobil pun melesat menuju Seoul.
Chang Min hanya terdiam menatap mobil yang membawa Jeong-eun tersebut.
“Lucu sekali gadis itu,” gumamnya.
Tanpa sengaja, matanya menangkap sesuatu di bangku belakang mobilnya. Sebuah koper putih.
“Hahahaha, ternyata kau berjodoh denganku gadis sombong!” ucap Chang Min sambil tertawa.
Di dalam mobil yang berbeda.
Di dalam mobil yang berbeda.
“Mianhamnida, Jeong-eunssi,” ucap Seong-ho sopan.
“Gwaenchana (tidak apa-apa),” sahut Jeong-eun cepat dan singkat.
Ia sebenarnya mengantuk, sehingga tidak ingin berpikir apa-apa.
“Apakah Anda tidak membawa koper atau tas besar apapun? Bukankan Anda akan tinggal di Seoul selamanya?”
Mata Jeong-eun langsung menatap ke sampingnya, dan tidak menemukan tas kopernya.
“Ya, Seong-ho!! Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Aku sampai lupa membawa tas koperku dari mobil laki-laki tadi.”
“Apakah koper itu berisi barang berharga Anda?”
“Tentu saja! Sangat berharga!”
“Baiklah, kita akan mengambilnya.”
“Kita menemui lelaki tadi?”
“Benar.”
Jeong-eun hopeless. Dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Kopernya sangat berharga untuknya. Ah bukan, tentu saja isi kopernya.
Mobil yang dikendarai Seong-ho kembali ke tempat di mana Jeong-eun dijemput. Ternyata mobil itu masih ada.
Chang Min tersenyum senang. Dugaannya tidak meleset. Di hadapannya sudah ada mobil putih yang membawa Jeong-eun. Chang Min menutup matanya sambil mendengarkan music. Diketuk-ketuknya koper itu seolah menghitung mundur Jeong-eun menghampirinya untuk mengambil koper.
Tok-tok-tok. Kaca mobil Chang Min diketuk seseorang. Dugaan Chang Min meleset untuk kali ini. Ternyata laki-laki yang menjemput Jeong–eun yang menghampirinya. Ia pun membuka kaca mobilnya dengan malas.
“Mwo?” tanya Chang Min.
“Mianhae, apakah ada koper berwarna putih tertinggal di mobil Anda?” ucap Seong-ho sopan.
“Keurae.”
“Bisakah saya memintanya kembali. Itu milik Jeong-eunssi.”
“Jadi gadis itu bernama Jeong-eun?”
“Keurae. Ada apa?”
“Apa tidak sebaiknya aku mengembalikan langsung pada orang yang memiliki koper itu?”
“Apa maksudmu?”
“Wae (kenapa)? Apa tidak boleh?”
“Jeong-eunssi sudah memintaku untuk mengambilnya darimu. Jadi kau cukup memberinya padaku.”
“Bagaimana kalau aku tidak mau?”
“Ya, Seong-ho! Kenapa kau lama sekali?” ucap Jeong-eun yang sudah berada di dekat mereka.
“Laki-laki ini tidak mau menyerahkan koper Anda.”
“Mwo?”
Jeong-eun menatap Chang Min. Lelaki itu malah tersenyum padanya.
“Annyeong!” ucap Chang Min sambil melambaikan tangan.
“Ya, apa sih mau kau? Cepat kembalikan koperku! Aku tidak punya banyak waktu meladenimu, tau?”
“Apakah kau sangat sibuk sekali?”
“Keurom!”
“O. Sayang sekali, padahal aku ingin mengajakmu untuk jalan-jalan. Aku suntuk sekali hari ini.”
“Apa urusanku?”
“Tentu saja ada.”
“Mwo?”
“Kopermu bersamaku. Ingat?”
“Ya, cepat kembalikan koperku!”
“Ya, cepat kembalikan kopernya!” ucap Seong-ho menimpali.
“Ya, apakah kau betah bersama lelaki kaku seperti dia?” tanya Chang Min sambil melirik Seong-ho dengan tatapan merendahkan.
“Ya, kau tidak usah membahas yang bukan urusanmu. Sekarang cepat kembalikan koperku!”
“Apakah koper ini sangat berharga bagimu?” tanya Chang Min sambil menyentuh koper di sampingnya.
“Keurom!”
“Kalau begitu, aku tidak akan mengembalikan kopermu sebelum kau mau makan malam bersamaku.”
“Nongdamhajima!”
Tiba-tiba terdengar suara pintu mobil ingin dibuka namun terkunci. Chang Min menoleh ke arah asal suara. Melihat Seong-ho tidak bisa membuka pintu, dia malah tertawa geli.
“Ya, kau pikir kau tampan tertawa seperti itu, hah?”
“Keurom! Tentu saja aku tampan. Oleh karena itu aku dipuja oleh jutaan wanita di dunia.”
“Cih! Percaya diri sekali kau berkata seperti itu?”
“Ya, apakah kau tidak mengenaliku sama sekali? Berapa umurmu?”
“Kau tidak perlu tau!”
“Masalahnya hanya nenek-nenek berumur 100 tahun yang tidak mengenaliku.”
“Apa kau bilang?”
Chang Min tertawa. Tangan kanannya meraih koper putih itu, sementara tangan kirinya membuka pintu mobil. Ia pun berdiri di hadapan Jeong-eun. Entah apa maksudnya berdiri sedekat itu.
“Menjauh kau dariku!” ucap Jeong-eun sambil mundur untuk menjauhi lelaki itu.
Chang Min tersenyum. Saat menangkap gerakan Seong-ho yang ingin menghampiri mereka, ia langsung mengarahkan sebuah pistol ke arahnya. Suasana hening seketika. Chang Min tersenyum lagi.
“Kau tetaplah di sana. Aku ada urusan dengan majikanmu yang sombong ini,” ucap Chang Min pada Seong-ho.
Saat Chang Min menatap Jeong-eun, gadis itu mengepalkan kedua tangannya menjadi satu tanpa melihat ke arahnya. Ia tahu kalau gadis itu ketakutan saat ia mengeluarkan pistol.
“Ya, Jeong-euna. Kau tidak usah takut padaku. Ini pistol mainan!” bisik Chang Min.
Mata Jeong-eun terbelalak. Balon-balon keluar dari pistol yang dipegang oleh Chang Min. Entah kenapa saat itu Jeong-eun ingin tertawa. Namun ia hanya menahan senyum.
“Ya, kenapa kau menahan senyum seperti itu? Tersenyum itu sehat. Maka tersenyumlah.”
Jeong-eun berdeham untuk menghilangkan rasa gelinya.
“Aku tidak menahan senyum. Lagipula untuk apa aku tersenyum?”
“Aigooo. Tidak bisakah kau bersikap hangat pada orang?”
“Untuk apa?”
“Tentu saja untuk membuat orang lain senang.”
“Apa untungnya bagiku?”
“Ya, apakah kau tidak punya pacar? Sampai-sampai kau bersikap begitu mengerikannya?”
“Kembalikan koperku!” ucap Jeong-eun sambil merebut pegangan koper dari tangan Chang Min.
Namun tangannya justru dipegangi oleh Chang Min. Mereka saling bertatapan.
“Tanganmu hangat. Pasti kau orang yang baik,” ucap Chang Min tanpa berkedip.
Jeong-eun berusaha menarik tangannya. Namun tidak bisa.
“Ya! Lepaskan tanganku!”
“Jeong-euna, apa kau mau menjadi pacarku?”
PLAK!!! Pipi Chang Min ditampar oleh Jeong-eun. Jeong-eun yang tersadar menatap tangannya yang memerah.
“Ya! Kenapa kau menamparku?”
“Kau lancang sekali berkata seperti itu! Kau pikir kau siapa?”
“Aku Shim Chang Min, aku salah satu member TVXQ atau DBSK atau Tohoshinki. Apakah sudah jelas? Apakah kau tidak mengenaliku sama sekali, ha? Harkat martabatku sebagai lelaki tampan yang dipuja oleh jutaan wanita jatuh di depan wanita seperti kau, tau!”
“Wae?”
“Karena kau aneh!”
“Mwo?”
“Ah sudahlah, berikan ponselmu!”
“Untuk apa?”
Tanpa berkata apa-apa lagi, Chang Min merogoh mantel Jeong-eun dan mengambil ponsel gadis itu.
“Yaaaa! Apa yang kau lakukan???” pekik Jeong-eun sambil menggapai-gapai ponselnya.
Chang Min hanya memencet-mencet ponsel Jeong-eun. Tak seberapa lama, suara ponsel yang lain berdering.
“Baiklah, nomorku sudah kusimpan di ponselmu. Jadi, sewaktu-waktu aku meminta bayaran, kau langsung bisa menemuiku,” ucap Chang Min sambil memasukkan kembali ponsel Jeong-eun.
Kemudian ia kembali masuk ke dalam mobil setelah memasukkan koper kembali seperti semula.
“Bayaran apa yang kau maksud? Kenapa koperku kau masukkan lagi?”
“Kau harus membayar atas tamparanmu, dan setelah itu baru aku berikan kopermu. Oke?”
“Yaaa! Jangan seenaknya!”
“Annyeong!”
Tiba-tiba mobil itu bergerak dan meninggalkan tempat itu. Tinggalah Jeong-eun yang ternganga saking syoknya.
***
oke deh, segitu aja dulu. nanti disambung lagi.
kamsahamnida telah membaca karyaku ini. DIMOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK MENDUPLIKATNYA YA. annyeong !!
0 komentar:
Posting Komentar